Minggu, 26 April 2009

KISAH SI ONIDUS & LAIN-LAIN (tamat)

Kalau bercerita tentang si Onidus rasanya seperti tak ada akhirnya. Si Onidus yang saya kenal juga berpotensi sebagai pengamat lingkungan yang bijak, disituasi kantor yang lumrah terjadi dimana-mana seperti berkeluh kesah, ngerumpi sampai dengan protes yang ekstrim dari rekan-rekan lain dari saya,dari pimpinan juga beliau tanggapi dengan tetap menjadi orang tengah yang memberi tanggapan yang biasa-biasa saja dan tidak merupah bentuk opini yang berkembang. “Saya bang lebih baik tidak memberi komentar yang bertentangan bang, lebih baik jadi pengamat saja” kata si Onidus kepada saya disuatu malam minggu ketika saya coba bertanya tentang si Wahab yang wajahnya suram pada malam itu ketika memergoki teman wanita yang cukup dekat dengannya si Otoy Guryta berboncengan pakai motor dengan pegawai OJT yang ganteng kayak Oncy Ungu.”Si Wahab membohongi perasaannya aja tu bang, sesungguhnya ada sesuatu yang dia rasakan” lagi-lagi imbuhnya dari hasil pengamatan selama ini. Saya sendiri juga memikirkan hal yang sama dengan si Onidus, Si Wahab dan Otoy Guryta tentunya ada menyimpan suatu perasaan yang tak terungkap. Kalau dari si Wahabnya memang malu-malu kucing sedangkan si Otoy Guryta jinak-jinak merpati, ini menjadi fenomena yang luar biasa kalau sijinak ketemu sipemalu (kebun binatang kali….)
Ada satu hal yang terlupakan dikisah ini bahwa si Onidus dulunya sempat berkuliah disalah satu Universitas di kota Pekanbaru sambil part time kerja di Wisma Hang Jebat namun semuanya separuh jalan. Bentuk kerasnya kehidupan di kota yang heterogen itu udah kenyang dilahapnya, semuanya masalah pilihan hidup, ia lebih memilih bekerja ditanah kelahirannya dibandingkan tetap menetap di kota Pekanbaru. Dan perlahan Onidus mulai membuktikan kebenaran pilihannya saat ini, menjalani perubahan fase kehidupan dengan harapan untuk sukses kan tergapai.
Sejak saya tidak lagi di Singkep, kami masih saja tetap berkomunikasi, meskipun tidak bisa bertemu langsung saya masih bisa minimal menanyakan kabar lewat SMS ataupun lewat Shoutmix di blog si Onidus. Begitu juga dengan si Wahab yang kini sudah berada jauh di Pelalawan. Dia juga tetap terus menjadi sahabat sejati si Onidus.
Apa yang saya rasakan dengan kisah si Onidus adalah betapa indahnya konsistensi pilihan hidup yang telah dipilih dan betapa indahnya hidup ini jika bisa saling berbagi, saling mensuport dan saling mengingatkan. Memang kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi kalau lebih dalam untuk dicermati apa yang terjadi pada saya, Onidus dan si Wahab adalah suatu hal yang langka saat ini. Dimana orang dengan posisi jabatan yang berbeda, financial yang berbeda sangat jarang bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Selanjutnya hal yang paling utama dari persahabatan dan kedamaian yang saat ini dirasakan adalah penghormatan, rasa hormat dan menghargai serta memposisikan diri dengan benar. Tidak ada yang dibuat-buat, tidak ada yang palsu semuanya dilakukan dengan tulus dan ikhlas.
Hal positif ini bukan saja terjadi antara dua ataupun tiga orang di kantor tempat kami bekerja, tetapi terjadi pada semua sesama rekan kerja. Dengan satu tujuan agar kebersamaan yang dibangun bisa membawa kehidupan yang lebih baik.
Demikianlah akhir cerita si Onidus & lain-lain, Kisah si Onidus & lain-lain saya dedikasikan buat teman-teman yang kurang lebih 3 tahun bersama di Dabo Singkep ;
P’Ikhwan,P’Danel,P’Hanafie,Syahikhwan,Sudarmo,Zulyusri,Varian,NofriSuyono,Yuniarti,Hasrinaldi,Ricky werly,UliaMunandar,ErniUtari,TitiSintaNova,Yola.F,Sarnisaharyani,OtyRulita,M.Saleh,Sudino,M.Syafi’i,Yanra GR,Supriadi. (the end)

Read More..

8 komentar:

eri-hasri mengatakan...

Mantap ceritanya bang epi, saya merasakan indahnya kebersamaan kita di dabo Singkep bg, senang rasanya kita dapat berkumpul bersama kembali bang, minta doa dan bimbingannya bg. kalau saya tidak malu-malu kucing bg, tapi saat itu saya bukan kucing garong yang mau menggarongin otoy, karena saya tahu persis dg dia bang, yg ada perasaan hiba sama dia bg. Postingan yang baik dan menarik bang, terimakasih bang..Kedai bank Riau Pasar Tanjung Pinang ta ada lawan bang, mantap, bosnya aja gaul ngeblog.

Dinoe mengatakan...

kisah yg penuh kenangan manis

eppie-cool mengatakan...

wahab.....

eri-hasri mengatakan...

ha...ha... ternyata onidus (dinoe) dah kasih komen bang,

eri-hasri mengatakan...

onidus dan bg epi berkunjunglah kerumah baru saya di http://catatan-eri.blogspot.com, kelak saya jadi orang besar ni semua bisa menjadi buku bg.

eri-hasri mengatakan...

Bang Puis Cinta Wahab (yang ini bkan buat otoy bang)

Puisi Cinta seorang Bankir

Wahai belahan jiwaku…
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan ku jurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal Laporan Keuanganku

Wahai kekasih hatiku…
Jadikan aku manager investasi cintamu
Kan ku hedging kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatuh tempo tlah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita
Biarlah ia bersemayam di Reksadana asmara
Berkelana di antara Aktiva dan Passiva

Wahai mutiara kalbu ku
Hanya kau lah Master Budget hatiku
Inventory cintaku yang syahdu
General Ledger ku yang tak lekang ditelan waktu

Wahai bidadariku
Rekonsiliasikanlah hatiku dan hatimu
Seimbangkanlah neraca saldo kita
Yang membalut laporan laba rugi kita
Dan cerahkanlah laporan arus kas kita selamanya

attayaya mengatakan...

onidus tuh dino ya?
hehehe mantap

kyut_miu mengatakan...

kata2 dibagian akhir kisah ini membuat haru diriku..... yep,, kebersamaan di sana benar2 tiada lawan bang... mudah2an, di tempat kita (masing2) yg baru ini,, akan tercipta hal yg serupa... aminn...