Jumat, 24 April 2009

KEKUATAN PIKIRAN

Manusia adalah makhluk terlemah dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, manusia tidak bisa berlari secepat kuda, tidak memiliki tenaga sekuat gajah, tidak bisa berenang selincah ikan. Kelemahan manusia itu hanya sebatas fisik, tetapi manusia debekali dengan suatu piranti yang memberikannya kekuatan hampir tak terbatas, kekuatan yang mampu menaklukkan dunia yaitu kekuatan pikiran. Perlu diingat bahwa Kekuatan ini juga bisa membalik menjadi kelemahan manusia, inilah sifat paradok pikiran. Pikiran itu amatlah sukar diawasi, ianya amat halus dan senang mengembara sesuka hati. Oleh karena itu haruslah orang bijaksana selalu menjaganya agar tercipta kebahagian.
“Kebencian” adalah emosi negative sedangkan “Kebahagiaan” adalah emosi positif. Perlu hati-hati dengan “Kebahagiaan”, karena ia justru bisa menjadi masalah. Pikiran yang terlalu melekat, atau selalu menginginkan atau berusaha mempertahankan “Kebahagiaan” justru akan menimbulkan efek negative karena keinginan untuk bahagia bisa mengobarkan api”Kebencian”. Untuk keluar dari itu semua maka kita harus mengerti dengan cara kerja pikiran atau akal.

Empat tahap proses belajar setiap manusia. Kita melewati keempat-empat tahap tersebut yaitu:
- Unconscious Incompetence
- Conscious Incompetence
- Conscious Competence
- Unconscious Competence

Kita tidak tahu bahwa kita tidak tahu (Unconscious Incompetence) misalnya sewaktu kecil kita tidak tahu bahwa kita saat itu belum bisa berjalan, proses melalui interaksi dengan orang dewasa atau lingkungan saat itu akhirnya kita tahu bahwa kita belum bisa berjalan karena berjalan harus dengan kondisi tegak (Conscious Incompetence), selanjutnya kita mulai berjalan dan akhirnya kita bisa berjalan dengan sempurna (Conscious Competence), sekarang bahkan kita tak sadar lagi bahwa kita bisa berjalan dengan sempurna (Unconscious Competence).
Sejak suatu Skill telah masuk ke tahap Unconscious Competence maka sejak saat itu bila tidak dilakukan intervensi secara sadar, skill ini akan bekerja secara automatic pilot yang memudahkan hidup kita yang dijalankan oleh sistim kebiasaan yang paling dominan. Salah satu kebiasaan manusia yang paling menonjol adalah kebutuhan akan konsistensi. Saat pikiran sudah memutuskan untuk menerima sesuatu sebagai “kebenaran” maka ia akan konsisten dengan “kebenaran” itu. “Kebenaran” ini belum tentu sejalan dengan “kebenaran” yang kita setujui kebenarannya. “Kebenaran” menurut pikiran sejalan dengan pemikiran pikiran itu sendiri yang didukung dengan berbagai pengalaman yang pernah kita alami.

Sedikit diceritakan sebagai contoh tentang “kekuatan pikiran”, pada Jum’at (24/04) di Acara Kick Andy, betapa luar biasanya kekuatan dari “kekuatan pikiran” yang merupakan salah satu dari metode pengobatan yang diterapkan secara pribadi oleh comedian senior Saudara Pepeng yang divonis menghidap penyakit langka yang umumnya dihidap kalangan penduduk eropa yaitu Multiple Scho……….is.(yang dikenal dikedokteran dengan istilah “MS”) yaitu penyakit yang menyerang fungsi syaraf utama seperti disyaraf otak dan tulang belakang. Pepeng tidak depresi, beliau malah mempersiapkan diri menghadapinya, karena prinsipnya ia tahu dari hasil surving beliau diinternet bahwa penyakit yang dideritanya sejak Maret 2005 yll tidak/belum ada obatnya, untuk itu ia menggunakan “kekuatan pikiran” sebagai obat yang diberikan Allah SWT, yaitu “kekuatan pikiran” untuk sembuh dan bertahan hidup (survival) dengan tetap membangun perlawanan bersama-sama keluarga tercinta. Hasilnya sampai saat ini, detik ini beliau masih bertahan dan tetap memusatkan “kekuatan pikiran” sebagai obat yang tiada tandingannya.
Dapat ditarik pemahaman bahwa kita semua harus tahu bahwa kita bisa (Conscious Competence) dan ini sangatlah berhubungan erat bagaimana kita bisa mendayagunakan “kekuatan pikiran” yang ada. (eppie-cool)



Read More..

2 komentar:

the beauty of riau mengatakan...

ini benar2 pencerahan bang, andri wongso banget bg, nanti saya ikut seminar andri wongso bang.

Dinoe mengatakan...

Pikiran adalah keistimewaan manusia...disitulah letaknya penentuan jati diri...